27 November 2005
Iklan Lux terbaru (yang dibintangi Dian Sastro dan Mariana Renata) lumayan menarik perhatian saya belakangan ini. Menarik sih dengan teknik pengambilan gambar yang bagus dan objek pengambilan gambar yang bagus juga. Hanya saja ada satu hal menggelikan begitu melihat adegan pertama. Dikisahkan bahwa Mariana berhadapan dengan kesulitan dalam merangkai sesuatu (dekorasi ruangan atau pemasangan alat elektronik, mungkin? Entahlah saya tidak tahu pasti) padahal sudah ada bantuan berupa kertas petunjuk yang dia bentangkan lebar-lebar. Namun dia tampak kebingungan juga dan masih memerlukan bantuan dari teknisi yang kebetulan seorang lelaki.
Apakah iklan ini ingin menunjukkan bahwa perempuan masih perlu bantuan lelaki dalam merangkai hal-hal yang rumit? Apakah naluri kefeminisan dalam sel-sel dalam diri saya merasa tergelitik? Apakah saya yang terlalu sinis dalam mempersepsikan pesan dalam iklan tersebut?
Pertanyaan berbeda namun masih terpikir dalam koridor yang sama terlintas begitu melihat adegan kedua. Dikisahkan Dian dan Mariana sama-sama senang ketika sebuah automatic vending machine mengeluarkan sepasang sepatu yang menarik. Adegan tersebut dilatari oleh beberapa orang yang berjalan terburu-buru (tampak terjadi pada jam kerja). Seakan hanya menceritakan dua gadis yang doyan belanja, tidakkah begitu? Potret perempuan sebagai kaum hedon?
Tapi tentu saja, setiap orang berhak memaknai pesan dengan caranya masing-masing, kan?
Iklan Lux terbaru (yang dibintangi Dian Sastro dan Mariana Renata) lumayan menarik perhatian saya belakangan ini. Menarik sih dengan teknik pengambilan gambar yang bagus dan objek pengambilan gambar yang bagus juga. Hanya saja ada satu hal menggelikan begitu melihat adegan pertama. Dikisahkan bahwa Mariana berhadapan dengan kesulitan dalam merangkai sesuatu (dekorasi ruangan atau pemasangan alat elektronik, mungkin? Entahlah saya tidak tahu pasti) padahal sudah ada bantuan berupa kertas petunjuk yang dia bentangkan lebar-lebar. Namun dia tampak kebingungan juga dan masih memerlukan bantuan dari teknisi yang kebetulan seorang lelaki.
Apakah iklan ini ingin menunjukkan bahwa perempuan masih perlu bantuan lelaki dalam merangkai hal-hal yang rumit? Apakah naluri kefeminisan dalam sel-sel dalam diri saya merasa tergelitik? Apakah saya yang terlalu sinis dalam mempersepsikan pesan dalam iklan tersebut?
Pertanyaan berbeda namun masih terpikir dalam koridor yang sama terlintas begitu melihat adegan kedua. Dikisahkan Dian dan Mariana sama-sama senang ketika sebuah automatic vending machine mengeluarkan sepasang sepatu yang menarik. Adegan tersebut dilatari oleh beberapa orang yang berjalan terburu-buru (tampak terjadi pada jam kerja). Seakan hanya menceritakan dua gadis yang doyan belanja, tidakkah begitu? Potret perempuan sebagai kaum hedon?
Tapi tentu saja, setiap orang berhak memaknai pesan dengan caranya masing-masing, kan?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.