Thursday, September 20, 2007

Tears Fallin' Down (Again)

He who has gone, so we but cherish his memory, abides with us, more potent, nay, more present than the living man. ~Antoine de Saint-Exupery

Kematian datangnya tidak diduga yah. Satu berita kematian datang, saat itu pula kita tersadar kita tidak akan bertemu dengannya lagi, mendengar tawanya lagi, makan bersama dengannya ataupun chatting bersamanya.

Belum setengah tahun berlalu sejak meninggalnya sepupu saya, kali ini berita duka mengenai om saya (adiknya Mama). Ah ya, sedih... Sedih sekali. Beliau meninggal setelah koma selama dua hari. Koma setelah terjatuh di kantornya. Satu jam sebelum jatuh, om masih chatting dengan saya di Yahoo Messenger...

Almarhum adalah salah satu orang yang paling rame di keluarga besar selain Mama saya. Canda yang sangat melekat misalnya:

  • Pit, HP-nya baru yah? Beli di mana, sebelah tukang daging bukan?
  • Pit, kok bisa sih masuk IPB? "Bayar"-nya berapa?
Ketika sedang kumpul keluarga besar, tak jarang om saya itu traktir duren untuk dimakan beramai-ramai. Atau asinan. Atau rujak. Ah ya, sungguh Om yang menyenangkan.

Om saya ini lumayan sering jalan keluar negeri (kerjanya di travel agent). Saya masih ingat waktu masih SD, sepulang sekolah saya langsung membuka lemari baju. Ada boneka kucing warna putih dengan ekor melingkar di depannya. Manis sekali. Mama melihat dan berbisik, "Itu oleh-oleh dari Mang Deddy".

Pada saat pemakamannya minggu lalu, terlihat bahwa memang om saya ini orang yang disukai semasa hidupnya. Ratusan orang dalam puluhan mobil mengantarkan kepergiannya.

Goodbye my beloved uncle...
You'll always in our heart....


read more from my post...

Cabut Jenggot, Where?

Hari ini, seperti biasa saya naik angkot 07 dalam rangka pergi ke kantor (ngapain ke kantor? Mau tau aja, hehe!). Pada belokan setelah rel kereta api dekat SD Pabrik Gas, naiklah dua orang pemuda bertampang Tionghoa yang chubby-chubby. Berhubung keduanya ngga ada yang ganteng dan saya agak mengantuk, saya tidak terlalu memperhatikan mereka.

Lima menit setelah itu, ujung mata saya menangkap suatu gerakan konsisten dari si pemuda-Tionghoa-berkaus-kuning (PTBK) yang duduk di belakang Pak Supir yang sedang bekerja.

Naik-tangan nempel di dagu-mata mengernyit-buang ke depan.
Diulangi lagi.

Oh my goat, si PTBK ini sedang nyabut jenggot pake pinset di angkot!!

Busyet, niat amat (pake bawa pinset) ngisi waktu di angkot sambil begituan.
Sakit kali, wooi!! Saya ingat sama kata-kata teman saya yang bilang jenggot tuh mendingan dicukur aja, sebab kalo dicabut sakitnya ngga ketulungan. Gitu yah?

Untunglah dia nyabut jenggot aja, kalo nyabut bulu ketek sekalian, saya bisa jerit-jerit deh minta dicabutin juga .

read more from my post...

Wednesday, September 12, 2007

Tips for Getting a Boyfriend (Instantly)

Saya pengen berbagi tips bagi anda yang belum punya pacar. Tips-tips ini didapat berdasarkan keterdedahan saya terhadap materi iklan (dan setantron) yang bergentayangan di layar televisi kita. Satu hal yang harus diingat, setiap tips bersifat unik, ngga semua tips bisa berlaku pada kasus yang sama. OK?! Let's start!

1. Mandi sabun wangi. Sabun wangi telah terbukti (yeah, right!) meningkatkan power anda hingga bisa mencapai apapun yang diinginkan.

2. Pake lotion (atau krim) pemutih. Terbukti bisa meningkatkan trafik kedip-kedip cowok pada anda. Kalau anda beruntung, si cowok bisa bantu-bantu anda tanam pohon atau bahkan mentraktir adik anda minum sampai muntah.

3. Pake shampo pelurus rambut. Rambut keriting silakan ke kiri, ke kiri...

4. Jangan lupa selalu pakai deodorant. Supaya bisa peluk cowok terdekat kapan pun tergelincir dari skateboard.

5. Jadilah orang kaya yang mendadak miskin, atau carilah ibu tiri yang jahat, atau cari masalah dengan teman sekolah yang suka bullying. Kalau anda beruntung, mungkin ada calon pacar tampan nan kaya yang jatuh hati.

Sarkastis??

Tergantung penilaian anda sih. Sudah cukup keprihatinan saya terhadap banyak ide seputar kecantikan yang berseliweran di iklan maupun setantron. OK tidak ada masalah berupaya terlihat cantik. Namun, haruskah kecantikan sedemikian seringnya dikaitkan dengan hal-untuk-menarik-lawan-jenis? Seperti tidak ada manfaat lain saja dari tampil cantik.

read more from my post...

Farewell Dasti

Besok adalah sebulan meninggalnya Dasti (si Kecil). Rasanya belum lama saya masih melihat dia berlari-lari di ruang tamu, menggigiti kaki atau mengejar lalat. Dasti adalah salah satu anak Bumbum, kucing kuning gendut yang sudah lama menjadi anggota keluarga saya. Bumbum sudah melahirkan beberapa anak sebelum Dasti, sayangnya tidak ada satu pun yang hidup. Sebagai ibu kucing, Bumbum memang tidak setelaten ibunya dalam merawat bayi kucing. Anak-anak Bumbum meninggal karena berbagai sebab, ada yang lahir prematur (lalu meninggal), kehujanan (karena dibawa Bumbum ke atap rumah tetangga), sampai mati gepeng karena kegencet punggung Bumbum yang sedang menyusui anak-anaknya. Terakhir itu adalah Dasti ini, meninggal karena (tuduhan utama) racun tikus.

Just like her mom, Dasti juga adalah kucing yang doyan makan. Badannya montok (semok gitu lah). Dia suka melahap apa saja yang terlihat bisa dimakan, walaupun saya rasa kebutuhan makannya sudah tercukupi dengan layak di rumah.

Pagi itu, Dasti lari turun dari tangga menjelang sarapannya. Dia kemudian makan bersama kucing-kucing lain. Setelahnya, seperti biasa Dasti keluar untuk (biasanya) pup. Setengah jam kemudian, Mama berteriak-teriak memanggil saya yang sedang main komputer. Oh God, saya menyaksikan detik-detik akhir hidupnya Dasti (maap agak vulgar) dari dia jalan sempoyongan, ngga bisa duduk tegak, ngga bisa berdiri, m*ncr*t-m*ncr*t, muntah lendir, kejang-kejang, sampai akhirnya muntah busa dan mati dengan mata melotot. Walaupun saya sudah berlari-lari membeli susu beruang (sebenarnya ini adalah susu sapi bermerek Bear Br**d, terkenal karena keampuhannya mengobati keracunan), Dasti tetap tidak terselamatkan. Susu putih itu mengalir saja dari pinggir mulutnya yang sudah tidak sanggup menelan apapun.

Peristiwa ini menambah cerita sedih mengenai tragedi matinya kucing karena penggunaan racun tikus di rumah tangga (tetangga). Keluarga saya tidak pernah memasang racun tikus selain karena kami selalu memelihara kucing (takut juga mereka yang malah keracunan), juga karena percaya masih ada cara lain membasmi tikus selain menggunakan produk murahan (tapi bahaya ngga ketulungan) itu.

Racun tikus (contoh cara kerjanya bisa dibaca di sini) membunuh dengan amat sadis. Proses matinya Dasti (dari sempoyongan hingga tak bernyawa) berlangsung tidak lebih dari satu jam.

Jangan pasang racun tikus, yah? Bersih-bersih rumah aja yang rajin, atau pelihara kucing aja dan didik jadi pemburu yang baik. Racun tikus itu BERBAHAYA!!

Farewell Dasti..., setidaknya “di sana” kamu bisa makan apa pun (seperti biasa) namun tanpa resiko mati keracunan. We really miss you...

read more from my post...

I Am a Job Seeker (Employee Also)

Minggu kemarin saya mendapat dua pengalaman pertama menjadi job seeker. Saya menjalani psikotes dan wawancara kerja di dua perusahaan ternama. Well, meskipun saya sangsi saya bisa melewati kedua saringan itu, ada hikmah di balik cerita (kayak sinetron Hidayah wee...).

Psikotes pertama saya dilakukan dalam rangka melamar kerja di sebuah perusahaan asuransi. SEMUA berupa hitungan, logika gambar dan logika matematika. Saya mengkerut dan membatin, “ke mana pertanyaan-pertanyaan bahasa dan logika verbal yang biasanya menjadi keunggulan saya?”. Tapi yah, hadapilah. Ini perusahaan asuransi, bung!

Mungkin seharusnya sejak awal (kalau saja mereka mengecek transkrip saya lebih teliti), saya ngga usah jadi salah satu peserta tes itu. Sebagai mantan mahasiswa pembenci Kalkulus, nyata saya langsung stres dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan logika matematika, walaupun hanya beberapa menit saja. Tes Kremlin (yang menurut Pange adalah untuk mengukur kejujuran), membuat stres juga karena saya menghitung demikian teliti sampe mata berkunang-kunang karena ngga biasa melihat angka sedemikian banyak.

Wawancara kerja pertama saya dilakukan di kantor sebuah perusahaan transportasi. Heuh... walaupun saya punya pengalaman memberi masukan kepada teman-teman yang akan menghadapi wawancara, ternyata saya ngaco juga! Saya menjawab terlampau jujur, cenderung nggak milih-milih mana yang sebaiknya disebutkan dan mana yang nggak perlu. Saya sebutkan bahwa saya merasa cocok banget dengan pekerjaan sekarang, bahwa saya nggak mau ditempatkan di luar Jakarta, bahwa saya melamar posisi yang sama di tiga perusahaan lain, dll. Tentu saja, saya tampak tidak terlalu menginginkan posisi tersebut. Sebenernya sih, memang begitu.. heheh!

My first psycho-test, my first interview.. yes i am a job seeker!

read more from my post...

Tuesday, September 11, 2007

What mental disorder do you have?

Baru mampir dari blognya Ahmad Simanjuntak, terus iseng isi kuis di sini. Kangen juga lama ngga ngisi kuis beginian. Dulu sih saya pernah demen isi-isi kuis di sini. Tapi jadi makin narsis rupaya. Tertarik mencoba juga?


What mental disorder do you have?
Your Result: OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

You have odd obsessions that you cannot seem to control. You may even perform rituals to make you feel better. Counting and continuously obsessing over things happens frequently.

Manic Depressive

Paranoia

GAD (Generalized Anxiety Disorder)

ADD (Attention Deficit Disorder)

What mental disorder do you have?

Waduh.. ternyata hasilnya Obsessive Compulsive Disorder (OCD)! Nggak heran juga sih, kayaknya bibitnya memang sudah terasa dari dulu. Sejak kecil, saya punya kebiasaan menghitung benda-benda beraturan di sekitar saya. Mulai dari jumlah ventilasi di kelas, jumlah persegi pada atap kelas, sampai belang-belang pada baju orang yang duduk di depan saya di angkot. Hal ini dilakukan ketika saya sedang bengong, terjebak kemacetan, menunggu bakso dan di sela-sela pelajaran dari guru. Kalau ngga dilakukan, rasanya belum bisa konsentrasi pada hal lain.

Saya segera menyadari hal ini mengganggu. Setelah itu, setiap kali timbul keinginan menghitung sesuatu, saya paksakan membuka pembicaraan dengan orang lain. Atau nambah makanan. Atau membaca sesuatu. Setelah agak besar (tahun kemarin tepatnya), saya baru tahu ternyata kelainan ini bernama OCD. Nggak cuma saya, ternyata David Beckham juga penderita OCD.

Alhamdulillah, OCD ini nggak sampai parah. Kadang-kadang keinginan untuk menghitung ini masih suka muncul, jadi kalau saya terlihat bengong lalu berkonsentrasi pada suatu hal yang tampak beraturan, segera sadarkan yah? Bisa dengan ajak ngobrol, atau kasih uang. Heheheh..........

read more from my post...