Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang
kamu inginkan....
Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ?
Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar ...
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit ...
Di masa itulah kamu tumbuh ...
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang ...
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru ...
Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu ...
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat ...
Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga ...
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih ...
Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan ...
Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik...
Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur
akan masa surut...
Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif ...
Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan
menjadi berkah bagimu ...
>>>hasil ngambil dari sebuah email dari mailist yang saya ikuti. Mengingatkan saya untuk selalu mensyukuri setiap anugrah yang dimiliki...
Monday, April 30, 2007
Bersyukurlah !
Posted by
aNaNDiTa
at
10:55 AM
0
comments
Tuesday, April 17, 2007
Kembali ke Desa
Suatu Minggu di akhir Maret 2007, saya dikejutkan oleh suatu berita dukacita. Ibu Kades di desa tempat saya melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada tahun 2005 lalu, meninggal dunia. Ada penyesalan terasa, menyadari saya terlalu sibuk (atau sok sibuk) hingga silaturahmi dengannya merenggang beberapa waktu belakangan ini.
Belum lama, beliau mengundang saya untuk menghadiri pernikahan putranya. Saat itu, saya berencana hadir bersama teman saya sesama eks mahasiswa KKP di desa tersebut. Namun, pada hari yang direncanakan, saya harus masuk kerja dan hujan turun deras sekali saat itu. Akhirnya saya dan teman pun hanya berkirim kabar lewat SMS, mengatakan penyesalan karena tidak bisa hadir seraya berjanji akan datang ke sana lain kali. Sehari sebelumnya, beliau berkata dalam SMS: datang ya, neng. Ibu sudah kangen sekali...
Menyesal rasanya, usaha saya tak cukup keras waktu itu untuk datang sekedar memenuhi kerinduan beliau. Menyesal rasanya, ketika akhirnya saya datang ke desanya adalah untuk melayat beliau...
Posted by
aNaNDiTa
at
10:24 AM
0
comments
Luka
Semua yang tidak membunuhmu hanya akan membuatmu semakin kuat. Luka-luka ini cuma luka sementara yang pada waktunya akan sembuh. Percayalah, alam berjalan dengan aturan yang telah digariskan. Kau pasti merasa berat pada awalnya, namun akan terbiasa pada akhirnya.
Posted by
aNaNDiTa
at
10:21 AM
0
comments
Monday, February 19, 2007
so tired...
16 Februari 2007
Satu hari yang melelahkan. Sebenernya, saya sih udah biasa ngejalanin rutinitas bekerja full day, tapi hari ini sedang beneran ngga enak body. Udah lebih dari seminggu ini pulang malem (malah hari Senin lalu begadang jadi notulis rapat hingga jam 3 pagi..!! yup anda ngga salah baca sodara-sodara). Beberapa malam di antaranya dilewatkan dengan pulang sambil hujan-hujanan pula.
Kami melewatkan sore itu rapat di dua tempat berbeda, di Departemen Keuangan dan Cafe Taman Semanggi. Sayangnya, panas-pusing-batuk-pilek ini masih menemani pula. Ujung hidung udah memerah kaya orang salah ngoles blush on aje kali. Tapi untunglah (orang Indonesia banget..), seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya (emang?) saya sering penyakitan tapi cukuplah sembuh dengan obat warung yang harganya ngga lebih dari goceng.
Posted by
aNaNDiTa
at
9:41 AM
0
comments
Friday, December 08, 2006
sebuah pengakuan ...
Dulu saya punya tempat bekal makanan favorit, warna hijau muda berbahan plastik berbentuk rumah dengan gambar tiga beruang nongol di jendela. Tempat bekal ini besarnya lumayan, bisa dimasukkan botol minum juga. Tempat bekal ini menjadi salah satu benda yang setia menemani saya sekolah TK pada umur 4 tahun.
Sebagai salah satu teman main di rumah, saya punya seekor anak kucing kecil berbulu hitam putih. Kucing ini luar biasa lincah dan lumayan sering main keluar rumah.
Suatu hari, sebuah truk datang ke depan rumah mengantarkan pesanan pasir untuk tetangga yang sedang merenovasi rumah. Truk tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk parkir di depan rumah saya. Saya teringat si kucing kecil yang sering main di bawah mobil.
Saya segera mengambil tindakan (yang saya pikir) penyelamatan. Si kucing kecil saya kurung di tempat bekal karena saya takut dia berlari keluar dan terlindas truk! Sungguh saya takut ketika membayangkan kucing manis ini mati terlindas.
Setelah beberapa lama, akhirnya truk tersebut pergi juga. Dengan perasaan bangga karena merasa telah menyelamatkan satu makhluk, saya membuka tempat bekal dan bersiap menggendongnya. Namun apa yang saya dapati sungguh tak diduga sebelumnya.
Anak kucing tersebut mati lemas di dalam tempat bekal saya.
Hari-hari selanjutnya merupakan saat-saat yang berat dalam hidup saya. Saya merasa bersalah karena pada usia sedini itu telah melakukan suatu pembunuhan (walaupun) tidak disengaja. Perasaan ini masih diperberat oleh Mama yang seringkali berkata bahwa di hari akhir nanti saya akan dihukum menghitung bulu kucing satu persatu. Mama mengatakan hal ini kalau sedang iseng dan sedang ingin menghukum saya. Setelah kejadian itu, tempat bekal saya duduk manis di atas lemari dapur dan saya tak ingin menyentuhnya lagi. Setiap kali melihat tempat bekal itu, tenggorokan saya langsung terasa sakit seperti tercekat karena menahan tangis.
Saat itu, saya hanya berpikir untuk menyelamatkan si kucing. Sedikitpun saya tidak mengerti bahwa makhluk hidup memerlukan udara untuk bernapas. Maafkan aku, kucing ..... *hiks hiks* masih sedih sampe sekarang..
Posted by
aNaNDiTa
at
9:23 AM
0
comments
Wednesday, December 06, 2006
Cinderella
Cinderella berjalan menghampiri rombongan Pangeran dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Pengawal. Pangeran menatapnya dan membatin, "ya inilah gadis yang kucari sejak Pesta Dansa itu". Cinderella curi-curi pandang dan membatin, "duh gimana yah kalo ketauan itu gw? Mudah-mudahan ngga ada yang tau deh.."
Kepala Pengawal memasangkan dengan perlahan sepatu yang cuma sebelah itu) ke kaki kanan Cinderella. Semua yang hadir di ruangan menahan napas dan mengira-ngira apa yang bakal terjadi. Ibu Tiri mulai berkeringat dan sibuk berkipas-kipas.
Cinderella berharap bahwa sepatu ini tidak akan pas di kakinya. Cinderella berharap bahwa sepatu kaca itu akan bernasib sama dengan sepatu Donatello yang baru dibelinya kemarin, tiba-tiba longgar setelah dipakai beberapa kali. Cinderella benar-benar berharap sepatu itu tidak pas!!
Namun, harapannya tidak sesuai kenyataan. Sepatu itu melekat pas pada kaki kanan Cinderella yang lumayan besar untuk ukuran gadis pada zaman itu. Pengawal menjerit gembira karena hal ini berarti mereka tidak perlu berkeliling kerajaan untuk menemani Pangeran mencari gadis impiannya. Pangeran ini memang harus dituruti segala kehendaknya meskipun ini berarti Pengawal harus kerja lembur tanpa ada tambahan uang lembur.....
(belum selesai, tunggu yah kelanjutannya...ini postingan Desember 2006, belon dilanjutin hihihi)
Posted by
aNaNDiTa
at
4:20 PM
2
comments
Monday, December 04, 2006
take it for granted
Baginya menerima bukanlah cita-cita
Posted by
aNaNDiTa
at
4:03 PM
0
comments
Tuesday, November 28, 2006
TULIS!!!!
Dalam suatu suasana yang nyaman untuk diri saya, biasanya saya bicara lebih banyak ketimbang menjadi pendengar. Selain suka berbicara, kegemaran saya yang lain adalah menulis. Banyak hal yang saya tulis dan saya punya dokumentasi yang cukup mengenai beberapa kejadian penting dalam hidup saya. Namun, saya kurang suka mencatat materi pelajaran maupun kuliah. Entah kenapa, saya merasa kurang sreg bila harus menyalin apa yang orang lain sudah tulis. Terlebih kalau saya bisa mendapatkan materi yang sama tanpa harus membuat catatan.
Suatu hari ketika saya masih menjadi murid kelas 3-I di SMP Negeri 4 Bogor, saya membuat seorang guru marah besar. Guru ini, wanita tua yang mengajar pelajaran Matematika sesungguhnya adalah salah seorang guru favorit saya karena gaya cuek dan celetukan khas ibu-ibunya di tengah pelajaran. Saat itu, beliau sedang menerangkan hal-hal yang bisa dihitung dari sebuah kerucut, mulai dari volume hingga irisannya. Saya memperhatikan secara seksama ketika beliau menerangkan dan bermain tebak-tebakan dengan teman (Yudha) ketika teman-teman lain menyalin apa yang Ibu tulis di papan tulis. Ibu Guru berkeliling kelas menghampiri setiap meja.
Ketika sampai di meja saya, beliau langsung melihat buku tulis saya dan bertanya, “mana..mana..? Lihat catatan kamu”.
“Kenapa?!”
“Kan udah ada di buku cetak...” (jawaban polos atau bego sih?)
Kemudian beliau menghela napas dan BRAAKK!! Ibu Guru menggebrak meja saya dengan tangannya dan berteriak, “TULIS!!”. Kelas terhenyak dan langsung melihat ke arah saya.
“Kamu pikir untuk apa Ibu menulis kalau bukan untuk disalin?”, marahnya. Saya diam. Sambil melotot, beliau melanjutkan ceramah panjangnya yang dalam setiap jeda selalu dijawab teman-teman seperti bebek, “iya, bu..”.
Selesai mengomel, Ibu Guru kemudian berlalu dan berkata, “tulis sekarang”. Tanpa memperpanjang urusan, saya menulis dengan tangan gemetaran setelahnya. Saya gemetar bukan karena takut, tapi seratus persen merasa sangat marah. Bahkan ketika itu pun saya tidak akan melakukan sesuatu tanpa ada alasannya. Ketika itu adalah masa-masa di mana saya sangat bisa mengandalkan daya ingat saya. Saya memang tidak terbiasa menulis apa yang sudah ada di buku. Saya hanya menulis poin-poin perkataan guru yang diambil dari buku lain. Dengan tingkat kemalasan demikian, saya merasa cukup dengan selalu masuk golongan lima besar di kelas. For your information, SMP Negeri 4 Bogor adalah salah satu sekolah unggulan di kota ini.
Saya memang tidak lantas berubah menjadi rajin setelah kejadian itu. Saya tetap pada kebiasaan saya mencatat hanya bagian-bagian yang saya anggap penting dan tetap pintar dengan memperhatikan pelajaran dari guru secara serius. Tentu saja saya jadi lebih berhati-hati setelahnya, ketika teman-teman mencatat, saya berpura-pura ikut sibuk padahal yang tercipta dari pulpen saya hanyalah kartun sapi dengan bunga di kupingnya. Tapi peristiwa tersebut menyumbang suatu poin pemahaman bagi saya untuk sesekali memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain. Seringkali saya keukeuh dengan apa yang menjadi kebiasaan saya karena yakin bahwa hal tersebut tidak menyakiti orang lain. Saya tidak memikirkan perasaan guru saya yang kecewa karena menganggap saya tidak menghargai pelajarannya. Padahal sumpah Bu, Pak, saya selalu memperhatikan kata-kata Ibu dan Bapak! Tapi emang males nulis aja...
Sekarang, saya memutuskan untuk selalu mencatat. Apapun. Kapanpun. Bahkan Menjadi Penulis adalah satu hal dari Daftar Cita-cita saya yang baru.
Posted by
aNaNDiTa
at
12:29 PM
1 comments
Sandi Morse
27 November 2006
Dulu, ketika SMP saya tergabung dalam organisasi Pramuka. Saya bangga sekali karenanya sebab ketika itu Pramuka SMP Negeri 4 adalah yang terbaik di Bogor. Langganan Juara Umum Lomba Pramuka, bahkan kalau kami hanya membawa piala Juara Dua pun rasanya hina sekali.
Sebagai pencinta Pramuka, saya menerapkan beberapa ilmu Pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuknya adalah menggunakan Sandi Morse untuk menulis catatan harian saya. Saat itu selain Pengetahuan Umum, Morse adalah salah satu andalan saya dalam menghadapi bermacam lomba. Catatan-catatan harian ini, saya simpan dalam satu binder yang sama dengan file catatan pelajaran saya. Catatan harian ini mencakup juga cerita-cerita tentang gebetan saya waktu itu, seorang teman Pramuka dengan inisial A. Catatan harian ini, sayangnya menarik perhatian seorang teman (Nilam) untuk mengetahui isinya.
Suatu hari saat kami sedang berkumpul di Sanggar Pramuka, Nilam melepas paksa catatan harian itu. Sambil berlari pulang, dia berteriak “gw kembaliin besok. Gw terjemahin dulu isinya!”. Dan ternyata dia serius, Nilam memang tidak hafal Sandi Morse. Namun nyata bahwa dia berusaha keras karena ada coret-coretan pensil yang tidak terhapus sempurna di kertas-kertas itu keesokan harinya.
Tentu saja dia jadi tahu perasaan saya terhadap cowok itu.
Jadilah dia menjadi salah satu mak comblang yang dengan serius berusaha mendekatkan saya dengan si cowok. Berkat kemampuannya melobi, mak comblang saya menjelma menjadi sebuah tim solid dengan anggota beberapa anak Pramuka yang tersebar di beberapa kelas. Dia menjadi salah seorang yang ikut senang ketika melihat si cowok mengajak saya pulang bareng. Dia menjadi salah seorang yang bersemangat ketika melihat saya terlibat canda dengan si cowok sedemikian dekat. Dan dia juga menjadi salah seorang yang ikut marah ketika suatu hari si cowok malah jadian dengan adik kelas saya (karena suatu kecelakaan yang konyol).
Saya akhirnya memang ngga pernah jadian sama cowok itu. Beberapa bulan kemudian, saya jadian dengan seorang teman les yang berbeda sekolah tapi punya nama yang sama dengan cowok anak Pramuka itu.
Kisah ini terjadi pada tahun terakhir saya di SMP 4. Sayangnya si anak Pramuka ini tidak satu SMU dengan saya, NEM-nya tidak cukup bagus saat itu hehehe.. Beberapa tahun setelah itu, sesekali saya masih suka menulis diary menggunakan Sandi Morse. Saat ini saya masih hafal sekitar 90 persen huruf Morse. Ah ya, walaupun sekarang teknologi sudah makin canggih dengan adanya software-software diary dengan pengaman password, Morse tidak akan pernah hilang dari kenangan saya.
Posted by
aNaNDiTa
at
12:15 PM
6
comments