Minggu kemarin saya mendapat dua pengalaman pertama menjadi job seeker. Saya menjalani psikotes dan wawancara kerja di dua perusahaan ternama. Well, meskipun saya sangsi saya bisa melewati kedua saringan itu, ada hikmah di balik cerita (kayak sinetron Hidayah wee...).
Psikotes pertama saya dilakukan dalam rangka melamar kerja di sebuah perusahaan asuransi. SEMUA berupa hitungan, logika gambar dan logika matematika. Saya mengkerut dan membatin, “ke mana pertanyaan-pertanyaan bahasa dan logika verbal yang biasanya menjadi keunggulan saya?”. Tapi yah, hadapilah. Ini perusahaan asuransi, bung!
Mungkin seharusnya sejak awal (kalau saja mereka mengecek transkrip saya lebih teliti), saya ngga usah jadi salah satu peserta tes itu. Sebagai mantan mahasiswa pembenci Kalkulus, nyata saya langsung stres dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan logika matematika, walaupun hanya beberapa menit saja. Tes Kremlin (yang menurut Pange adalah untuk mengukur kejujuran), membuat stres juga karena saya menghitung demikian teliti sampe mata berkunang-kunang karena ngga biasa melihat angka sedemikian banyak.
Wawancara kerja pertama saya dilakukan di kantor sebuah perusahaan transportasi. Heuh... walaupun saya punya pengalaman memberi masukan kepada teman-teman yang akan menghadapi wawancara, ternyata saya ngaco juga! Saya menjawab terlampau jujur, cenderung nggak milih-milih mana yang sebaiknya disebutkan dan mana yang nggak perlu. Saya sebutkan bahwa saya merasa cocok banget dengan pekerjaan sekarang, bahwa saya nggak mau ditempatkan di luar Jakarta, bahwa saya melamar posisi yang sama di tiga perusahaan lain, dll. Tentu saja, saya tampak tidak terlalu menginginkan posisi tersebut. Sebenernya sih, memang begitu.. heheh!
My first psycho-test, my first interview.. yes i am a job seeker!
Huehh nan..kita bda banget yah gue malah demen banget sama angka..malah kepikiran pengen kuliah akuntansi nieh sekarang ahahha IT nya terlantar :P
ReplyDelete